Monday, November 17, 2008

CHAPTER IV : SAPROL dan BRAVO

Anda tentu pernah mendengar kata radio amatir, ORARI, RAPI, atau orang banyak menyebut, "breaker". Breaker ini adalah istilah bagi orang-orang yang suka dengan radio amatir 2 meteran. Mereka dipanggil breaker, menurut saya, karena mereka sering berkata "BREAK" ketika sedang terlibat perbincangan melalui radionya itu.
Saya berkecimpung di dunia radio amatir bukan karena kebetulan. Hobby ini tadinya berasal dari ketakutan saya. Saya yang terlalu paranoid untuk urusan keselamatan, membayangkan jika suatu saat saya sedang jalan-jalan di daerah Lampung ini, terus kendaraan saya mogok ditengah jalan, atau dicegat begal-begal bersenjata...rasanya hal paling tepat saya lakukan adalah MINTA TOLONG. Dan menurut saya, akan lebih dramatis jika saya minta tolongnya lewat radio yang saya pasang di mobil. Lucu juga sebenarnya...mengingat saya tidak pernah meninggalkan telepon seluler ketika akan pergi kemanapun. Waktu itu saya berargumen kepada istri -yang dengan mentah-mentah tidak menyetujui hobby ini- nanti kalau hape-nya "low-bat" atau karena lupa, tagihan telpon saya belum dibayar dan akhirnya diblokir...kita masih bisa berkomunikasi dengan orang jika terjadi sesuatu di jalan. Hmmm...sepertinya hiperbola, tapi begitulah yang ada dalam pikiran saya waktu itu. Dan, seperti yang sudah-sudah, istri saya mengalah demi hobby suaminya. Thanks Mah...
Saya punya 2 teman dekat untuk urusan ini. Satu bernama panggilan SAPROL dan satunya BRAVO. Saya sendiri punya panggilan udara KIPLI. Saya lebih dulu mengenal Bravo atau Ayah, begitu saya sering memanggilnya, dibandingkan dengan SAPROL. Ayah ini adalah seorang pengusaha MEUBEL JATI UKIR yang sukses di Kota Metro ini. Sementara SAPROL, beliau adalah RAJA IKAN air tawar. Jaringannya yang sampai ke Jawa dan Palembang, cukup menunjukan kebesaran dinasti perusahaannya. Saya banyak belajar dari mereka berdua. Ayah, yang walaupun sangat mampu untuk sekedar membeli radio yang mahal, tapi beliau lebih memilih untuk sekedar punya radio seadanya. "Yang penting bunyi..., Ora ngebrik ora pathekan!" begitu jawaban yang sering saya dengar ketika ditanya alasan masalah radio miliknya. Lain Bravo, lain SAPROL. SAPROL adalah tipe orang yang up-todate, tak mau ketinggalan teknologi dan berwawasan luas (itu menurut pendapatnya). Koleksi radionya, walaupun bukan yang terbanyak, membuat orang ngiler untuk memilikinya. Tapi untuk urusan antena, bukan main-main, beliau punya yang terhebat. Hanya 2 di Lampung, dan tidak lebih dari 10 orang di seluruh Indonesia. Itulah SAPROL, motto'nya "Saprol Tea, Pokoknya paling huandal bin muantab-be" memang benar-benar dibuktikan.
Kedekatan kami dipererat lagi pada saat kami bertiga pada waktu yang bersamaan, berangkat ke Tanah Suci untuk menunaikan ibadah haji. Walaupun kadang mereka sangat menjengkelkan, tapi merekalah teman-teman baik saya. Anda tak pernah berharap lebih. Mengenal mereka, membuat hidup saya lebih hidup.
Wassalam!!

2 comments:

  1. setuju. mungkin berasa seperti di film2 itu dok, halo2 lewat radio :P tapi semoga jangan sampai.
    oh iya, kemarin kata dr. Agus, Sp.PD yang ngajar di UMY, dokter haji taun lalu banyak yang dari umy ya dok?

    ReplyDelete
  2. Banyak....itu foto dan tulisannya ada (baca di kategori Fakumy), sayang nda semuanya masuk. Saya sendiri ketemu 2 orang lagi alumni FK yang jadi petugas haji. Makanya, nanti kalo lulus...ke puskes dulu, mengabdi...bonusnya naek haji. Baru deh sekolah...
    hehehehe...

    ReplyDelete