Sunday, July 13, 2008

Sisi Lain Ibadah Haji (part 1)

Ibadah haji, haqqul yakin, semua orang Islam yang beriman pasti ingin melaksanakannya. Ibadah ini dipandang sebagai pencapaian tingkat ke-Islaman tertinggi bagi seseorang. Kita pasti sering membaca ulasan mengenai apa, mengapa dan bagaimana ibadah haji itu dari buku-buku agama, pengajian-pengajian atau bahkan dari ustads dan ulama, tapi saya ingin memberikan suatu persepsi lain untuk anda sekalian, khusus dari kacamata saya sendiri berdasar pengalaman spiritual saya ketika di tanah suci. Bukan ujub atau riya’, Insya Allah ikhlas tanpa tendensi apa-apa. Amin..

Ibadah Haji perlu totalitas

Ibadah haji bukan hanya ibadah yang perlu biaya banyak, tidak sedikit ongkos naik haji (ONH), terakhir tahun 2007 sebesar 28 juta rupiah. Kecenderungannya bahkan naik tiap tahun. Entahlah..Mungkin disitu justru letak ujiannya. selain masalah ONH tadi, ada sesuatu yang bagi banyak orang justru adalah permasalahan yang sebenarnya. Siap Mental..Ya, banyak orang, entah sekaya apapun, tidak siap untuk segera melaksanakan ibadah haji ini. Alasannya beragam, tapi kebanyakan yang saya dengar langsung dari para jama’ah haji adalah mereka tidak siap untuk benar-benar berubah. Dengan status haji, mereka takut ketika nanti pulang ke kampung halaman, bertingkah laku tidak sesuai dengan predikat yang mereka sandang, yang pada akhirnya menimbulkan pandangan miring bagi masyarakat disekitarnya. Pandangan ini jelas salah, kita beribadah bukan untuk dinilai oleh manusia, tapi ibadah kita semata-mata dipersembahkan untuk Sang Kholiq. Perjalanan ke tanah suci bukan hanya mengejar titel “Haji atau Hajjah”. Tidak juga untuk mengejar status di mata masyarakat. Karena perjalanan haji yang benar adalah menghasilkan seseorang yang lebih baik dari sebelumnya. Mabrur atau mabrurah, itu tujuan akhirnya. Mabrur, kalo saya artikan sendiri, menurut versi saya adalah haji yang kita lakukan akan membuat kita menjadikan orang yang lebih baik, tutur katanya yang santun, sikap dan perilakunya yang terpuji, dan tentunya yang paling penting adalah kualitas ibadah kita menjadi lebih sempurna. Kalau kita benar-benar bisa seperti itu, saya berani mengatakan keyakinan saya bahwa bangsa Indonesia yang sedang terpuruk ini akan menjadi bangsa yang besar. Lho kenapa? Bayangkan, Indonesia tiap tahunnya mengirimkan jama’ah haji yang terbesar, tidak lagi tingkat regional, tapi INTERNASIONAL. Itu sudah terjadi sejak jaman baheula, lah kalo kita mau sensus betul, berapa juta warga Indonesia yang bertitel haji dari jaman baheula itu sampai sekarang? Masya Allah.. Tapi kenapa, jumlah jama’ah yang banyak itu tidak menimbulkan efek apa-apa? Adakah yang salah..? Wallaahua’lam

to be continued..........

No comments:

Post a Comment