
Advance trauma life support (ATLS) yang di import dari luar negeri ini memang sukses luar biasa.. Gimana nda, kursus ini sangat dicari dan digandrungi oleh sejawat dokter yang dengan berbagai motivasi, berebut untuk mendapatkannya. Berarti kan sukses to.. Ada yang bilang untuk syarat inilah, syarat itulah, ada juga yang memang ingin benar-benar meng’upgrade pengetahuannya. Macem-macem pokoknya.. Padahal, biaya kursus ini nda sedikit lho, pasarannya 4 - 4,5 Jt, hanya untuk kursus 3 hari yang sangat melelahkan. Gilee..
Padahal, sebenarnya Indonesia juga mulai coba-coba membuat program kursus kegawat-daruratan yang hampir serupa lho, namanya GELS (General Emergency Life Support). Sejarahnya saya nda tau persis, tapi mulai tahun 2005 kursus ini mulai marak. Pemrakarsanya waktu itu kebanyakan orang BSB (Brigade Siaga Bencana) yang banyak bertebaran di rumah sakit center diberbagai daerah di Jawa. Kursus ini bahkan menawarkan lebih dari sekedar penanganan trauma, tapi juga kegawat-daruratan jantung, anak, kandungan dan kebidanan, neuro dan psikiatri. Dan yang menarik, harganya nda semahal ATLS.
Tapi nda tau kenapa, GELS tidak bisa se “wibawa” ATLS ya?
Padahal lagi nih, menurut saya, yang diajarkan di ATLS, juga diajarkan di GELS.. Tidak mendetail memang, namanya juga Advance sama General kan sudah beda.. Tapi secara garis besar, kalau mau jujur, orang yang sudah pelatihan GELS akan sama gesitnya dengan orang yang dilatih ATLS kok.. Karena inti dari kedua pelatihan itu sama, yaitu menanamkan pola pikir yang runtut, agar seseorang dapat menangani pasien gawat-darurat dengan cepat dan tepat. Kalau masalah skills, satu orang dengan orang lain pasti beda.. Jadi tolok-ukur kita ya di masalah pola pikir itu.. Kembali pada masalah GELS yang tidak se’wibawa’ ATLS ini, saya beranggapan bahwa orang dengan sertifikat ATLS lebih dihargai, daripada orang dengan “hanya” sertifikat GELS. Indikasinya jelas, kenapa prasyarat masuk spesialis tertentu (seperti bagian bedah misalnya) mencantumkan wajib ATLS, bukan wajib GELS. Padahal, kewajiban itu sangat kecil implikasinya terhadap seseorang ketika pendidikan spesialis itu sendiri. Faktanya, dokter-dokter bedah senior kita dulu tidak melalui kursus ATLS untuk bisa jadi dokter bedah yang handal bin mantab. Jadi, saya berharap bahwa prasyarat-prasyarat seperti itu, mbok mulai sekarang dirubah, dihilangkan.. Jangan sampai diskriminatif.
Yang penting, ketika kita akan menentukan, apakah GELS atau ATLS, harap diingat bahwa yang terpenting dari itu semua adalah perubahan pola pikir, bukan masalah gengsi atau wibawanya.
Wassalam…
No comments:
Post a Comment